Membuka Potensi Investasi Pada FoodStartup Indonesia

Makanan dan minuman menjadi salah satu fokus investasi berdampak yang ingin dicapai dalam upaya mereka memecahkan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kami telah melihat ada banyak usaha kecil dan menengah (UKM) yang menguraikan solusi mereka terkait dengan protein alternatif, pangan nabati, dan rantai nilai pangan yang lebih baik.

Namun, apakah hal tersebut berdampak pada kenyataan di lapangan? Apakah investor terkait pangan benar-benar peduli dengan dampak, atau apakah mereka hanya fokus pada pengembalian finansial? Laporan ini memaparkan pembelajaran dari investor startup pangan melalui wawasan FoodStartup Indonesia (FSI) sebagai salah satu platform yang sangat aktif untuk mendanai startup pangan, dan disahkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. FoodStartup Indonesia (FSI) adalah platform yang menyediakan akses pendanaan bagi startup pangan di pasar Indonesia yang di inisasi sejak tahun 2016. FSI mempertimbangkan setiap kategori investor dan mekanisme pendanaan. Termasuk menawarkan match-making, pendampingan, dan nasihat hukum yang memenuhi syarat untuk meningkatkan skala startup.

FSI menggunakan kerangka kerja Planet, People, and Profit (3P) dalam mengkurasi dan memilih kontestan FoodStartup Indonesia tahun ini. Hampir semua peserta Demo day FSI mengklaim telah mengadopsi setidaknya tiga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di perusahaan mereka, dengan 40% responden melaporkan bahwa perusahaan mereka melihat adanya peningkatan pendapatan selama pandemi. Para peserta ini sudah matang (contoh: fondasinya setidaknya selama empat tahun) dan menuju ke fase peningkatan. Rata-rata usia pendiri berada dikisaran umur 33–40 tahun, dengan usia perusahaan 4–7 tahun.

Laporan tematik lengkap ini merangkum ekosistem yang dikembangkan oleh FSI, yang telah menarik lebih dari 1.000 startup terpilih. Ini terdiri dari 112 responden dari semua pengikut Food Startup Indonesia, yang mayoritas dari peserta tahun 2022. Menurut semua investor, SDGs dan Lingkungan, Kerangka kerja Tata Kelola Berkelanjutan (ESG) adalah prinsip panduan untuk bisnis berdampak, namun terdapat perbedaan dalam cara investor mengukur dan menerapkannya. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa minat investor terhadap bisnis berdampak telah meningkat. Namun, setiap investor akan mendefinisikan “perusahaan berdampak” secara berbeda. Menarik bukan? Yuk, kita unduh dan baca laporan tematik lengkap ini agar kita lebih tahu apa itu FSI dan bagaimana dampaknya pada ekosistem!

Referensi
Kempeneer, S.; Peeters, M.; Compernolle, T. Bringing the User Back in the Building: An analysis of ESG in Real Estate and a Behavioral Framework to Guide Future Research. Sustainability 2021, 13, 3239. https://doi.org/10.3390/su13063239

Alex Plastun, Inna Makarenko, Lyudmila Khomutenko, Oksana Osetrova and Pavlo Shcherbakov (2020). SDGs and ESG disclosure regulation: is there an impact? Evidence from Top-50 world economies. Problems and Perspectives in Management, 18(2), 231-245. doi:10.21511/ppm.18(2)

Jonsdottir, G.E.; Sigurjonsson, T.O.; Rahnema Alavi, A.; Mitchell, J. Applying Responsible Ownership to Advance SDGs and the ESG Framework, Resulting in the Issuance of Green Bonds. Sustainability 2021, 13, 7331. https://doi.org/10.3390/su13137331