Cara ALAMI mendorong keuangan syariah yang berkelanjutan di Indonesia

Menjadi bagian dari pasar syariah di Indonesia mungkin menjadi keuntungan bagi beberapa produk pembiayaan syariah dan platform fintech. Dengan meningkatnya kesadaran akan produk & layanan syariah dan pertumbuhan industri keuangan syariah, platform berbasis syariah memiliki peluang besar untuk merebut pasar Indonesia.

Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar secara global, dengan lebih dari 230 juta populasi Muslim. Namun, menurut laporan Deloitte pada tahun 2019, pasar ekonomi syariah Indonesia tertinggal dari negara-negara OKI lainnya dalam hal Sukuk, outstanding dan dana kelolaan dana syariah (AUM).

Namun, pemerintah tidak mau berhenti untuk menggenjot pasar syariah dengan beberapa upaya, antara lain implementasi berkelanjutan Masterplan Ekonomi Syariah 2019-2024, peningkatan literasi keuangan syariah, dan penyelenggaraan acara terkait syariah. Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan industri keuangan syariah termaju dalam ICD-Refinitiv Islamic Finance Development Report 2020.

Keuangan syariah juga menjadi alternatif bagi Indonesia untuk menutup kesenjangan keuangannya. Menurut Bank Dunia dan International Finance Corporation (IFC), pada tahun 2019, kesenjangan kredit untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia mencapai US$ 165 miliar (atau 19% dari produk domestik bruto), sementara ketersediaan saat ini hanya US$ 57 miliar . Tantangan tersebut menjadi peluang bagi platform fintech syariah seperti ALAMI untuk merebut pasar keuangan syariah Indonesia.

East Ventures berinvestasi di ALAMI, platform fintech syariah terkemuka di Indonesia. ALAMI didirikan pada tahun 2017 oleh Dima Djani, Harza Sandityo, dan Bembi Juniar. Ini menempatkan dirinya sebagai fokus pada syariah dan menerapkan prinsip-prinsip ESG pada model bisnis dan peminjamnya.

Sumber: East Ventures