Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengajak investor untuk menanamkan modalnya di sektor ekonomi berkelanjutan di Indonesia.
Apalagi Indonesia mendukung kebijakan transisi energi berkelanjutan melalui BALI COMPACT, dan komitmen mendukung pemulihan bagi negara rentan melalui alokasi Special Drawing Right (SDR) oleh IMF.
Terdapat pula beberapa skema kerja sama ekonomi bilateral seperti Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan investasi senilai USD20 miliar (Rp 311 triliun) untuk membantu transisi energi di Indonesia, serta Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII).
“Kesemuanya ini untuk mendorong business opportunities dalam pengembangan green and blue economy,” kata Airlangga dalam siaran pers, Selasa (7/3/2023).
Di sisi lain, hasil KTT G20 Tahun 2022 memberikan komitmen nyata di antaranya Pandemic Fund untuk mengatasi pandemi di masa depan sebesar USD1,5 miliar. Adapun Indonesia berkontribusi sebesar USD50 juta.
Dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional, Indonesia menyiapkan bauran kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga konsumsi masyarakat dan iklim investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Fundamental ekonomi Indonesia pun diyakini tetap solid, karena potensi resesi berdasarkan survei Bloomberg hanya di angka 2%.
“Kebijakan konstruktif PC-PEN yang telah dilakukan menjadi kunci keberhasilan pemulihan ekonomi Indonesia, sebab Pemerintah secara cepat merespon melalui langkah-langkah ‘gas dan rem’ yang mengintegrasikan penanganan kesehatan dengan pemulihan ekonomi nasional,” tuturnya.
Hasilnya pada 2022, Indonesia mampu tumbuh 5,31% (yoy). Ini merupakan level tertinggi sejak 2013 (5,56% yoy). Kinerja ekspor pun tumbuh double digit, disertai konsumsi dan investasi yang tumbuh baik. Semua sektor dari sisi supply juga tumbuh positif.
Realisasi inflasi pada 2022 tercatat 5,51%. Pemerintah pun tetap menjalankan kebijakan extra effort tahun ini, guna menekan laju inflasi kembali ke rentang target sasaran ±3%.
Sektor jasa keuangan yang masih menggeliat dan likuiditas perbankan yang masih terjaga semakin mengonfirmasi bahwa masih ada ruang untuk mendorong investasi yang bersumber dari tabungan rumah tangga (menengah atas) dan korporasi. Hal ini meningkat signifikan di masa pandemi, tetapi belum dioptimalkan kembali untuk ekspansi dan belanja pasca penghentian PPKM saat ini.
Per Januari 2023, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah 8,03% (yoy) dan kredit 10,53% (yoy), kemudian nilai kelolaan Asset Under Management (AUM) mencapai Rp829 triliun dengan reksadana masih menjadi favorit masyarakat dengan nilai Rp509 triliun.
Author: Desi Angriani
Source: IDX Channel